18 April 2006

Customer sebagai pasangan hidup : sebuah analogi

Satu – satunya motivasi yang membuat perusahaan bertahan hidup adalah Customer. Customer adalah sebuah sumber daya tarik yang seharusnya memberi motivasi tiada henti bagi suatu perusahaan untuk selalu berinovasi. Yang selalu memberikan ide untuk selalu memperbaiki diri dan menciptakan nilai – nilai baru untuk memberikan kemudahan.



Quote di atas disampaikan oleh .. waduh saya lupa tepatnya siapa … tapi ada di buku The Value Factor. Yang kemarin saya beli di Gramedia, hanya karena diskon 30 %, bukan karena kesangat tertarikan pada isinya buku tersebut.



Kemudian saya coba berfikir, seandainya benar kita memposisikan customer seperti itu, atau perusahaan di ujung dunia manapun memberikan pelayanan istimewa kepada customer sedemikian rupa, maka customer benar – benar akan menjadi golongan orang – orang paling berbahagia di muka bumi ini. Tapi apakah semua itu terwujud seklise itu, kayanya sih susah saudara – saudara.



Kemudian saya mencoba berfikir lagi, seandainya kita memperlakukan customer sebagai pasangan setia. Yang tidak pernah pula kita ingkar janji, yang selalu kita jaga amanahnya, yang jika mereka melakukan kritik ke kita maka kita dengar dan mencoba berubah, yang mau sharing demi hubungan yang lebih baik, dan banyak hal, even membagikan ilmu mereka ke kita. Jika kita mau membuka diri dan mencoba mendengar sedikit lebih baik, niscaya mereka tidak akan mencoba selingkuh, mencari TTM – TTM baru. Windows shopping sih biasa, selayaknya kita maen ke mall, tapi dengan harta seberharga pasangan yang telah mereka punyai, mereka pun akan menjaga amanah kepercayaan kita.



Tapi seandainya, ketika pasangan kita punya masalah, kemudian ingin menghubungi kita “sayang nanti kita ketemu ya”, “aduh sayang, kayanya komputerku ada masalah deh, bisa Bantu ngga”, “sayang katanya kamu udah mulai bisa hal – hal baru, cerita dong”, atau “sayang kayanya penampilan kamu udah jadul banget deh, coba dimecing-in lagi ya” tapi di ujung sana .. karena kesibukan kita sendiri yang sedemikian rupa, sampai kita agak terlupa dengan pasangan kita, dan hanya menemui “halo halo .. maaf suara anda putus – putus nih”, atau “ haloo tuttt .. tuttt “ .. apakah aneh jika di kemudian hari pasangan kita mulai sebal dengan kita, kemudian mencari pasangan – pasangan lain yang jauh lebih setia dan mentereng.



Hanya kita yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home